Sepanjang
perjalanan, yang Maria lihat hanyalah reruntuhan bangunan. Hanya beberapa gedung
terbengkalai yang masih tetap pada posisinya, berdiri tegak dengan beberapa
kaca yang pecah. Namun adapula yang setengah bangunannya sudah hancur. Walau
pemandangan seperti ini sudah biasa baginya, tapi Maria tetap merasakan
kengerian dari suasana yang ia rasakan tersebut.
Tak
ada seorangpun disana. Hanya ada Maria dan kedua kakaknya. Sampai detik inipun,
Maria masih bersyukur karena ia tidak hidup sendirian.
Semua
menutup mulut rapat-rapat. Hening. Tak ada suara sedikitpun yang keluar dari
mulut mereka. Hanya ada suara mesin mobil 4WD yang mereka naiki dan suara gaduh
dari batu-batu yang saling beradu. Hayato yang sedang fokus dengan jalanan, dan
Chloe yang sedang tertidur dikursi penumpang sebelah Hayato. Maria sendiri
hanya memandangi jendela dikursi belakang. Tubuhnya seperti terombang-ambing
didalam mobil karena reruntahan yang mereka lalui. Maria memegang erat sabuk
pengamannya, khawatir ia akan tersungkur kedepan. Namun bersamaan dengan
pikiran tersebut, mobil tiba-tiba berhenti.
“Chloe,
pindah kebelakang segera.”
“Hm...?”
“Maria
juga cepat bersembunyi.”
“Eh?”
Maria
kebingungan, namun Chloe yang masih setengah sadar, entah sejak kapan sedang
mencoba membuka sabuk pengaman Maria dan tersenyum tipis. Dengan kesusahan, Maria
menuruti perkataan Hayato, dan mengikuti apa yang dilakukan kakak perempuannya,
bersembunyi dibagasi belakang mobil dengan posisi berbaring. Setelahnya, Chloe
menutupi badan mereka dengan sebuah terpal berwarna hitam.
“Tetap
tenang ya.”
Samar-samar,
Maria melihat Chloe tersenyum manis padanya.
Cantik...
“Sudah
siap?”
“Ya.”
“Pegangan
yang kuat!”
Seketika
itu, Hayato menginjak pedal gas dan mobil berjalan dengan kecepatan penuh.
Chloe memeluk Maria dengan erat. Ia merasakan kehangatan dan kelembutan dari
pelukan Chloe.
Wangi raspberry...
Tak
lama kemudian, lagi-lagi mobil berhenti. Kali ini Maria mendengar Hayato sedang
berbicara dengan seseorang, namun percakapan mereka tidak terdengar jelas. Saat
Maria menatap mata Chloe, ia mengisyaratkan agar tetap diam dengan meletakkan
jari telunjuknya didepan bibir merah mudanya, sambil tersenyum lembut.
“Ck,
Percuma! Minggir!”
“Ternyata
kau memang penipu, dasar brengsek!!”
Bersamaan
dengan suara lantang tersebut, mobil bergerak sangat cepat. Terdengar suara
rintihan kecil dari Chloe. Sepertinya Chloe membentur sesuatu.
“Kau
baik-baik saja?” Tanya Maria dengan suara kecil.
“Sst...”
Balas Chloe sembari mengangguk.
“Jangan
biarkan penyusup itu lepas!!” Teriak seseorang.
Maria
kaget. Ia memeluk Chloe lebih erat. Jantungnya berdetak semakin kencang.
Aku takut...
“Argh!
Sial!!”
Hayato
membanting setir, sehingga kepala Chloe membentur mobil. Chloe meringis
kesakitan.
“Kakak!”
Maria berteriak. Namun lagi-lagi Hayato membanting setirnya yang membuat tubuh
Maria tersungkur.
“Ah!”
“Maria!”
Chloe
memeluk tubuh Maria lebih erat. Maria menahan rasa sakit dan tangisnya.
“Oi
kalian tidak apa-apa?” Hayato bertanya dengan berteriak.
“K-kami
baik-baik saja!” Jawab Maria.
“Sedikit
lagi! Bertahanlah dan berpegangan lebih kuat!”
Entah
apa yang dilakukan Hayato, tapi Maria merasa seperti terbang. Mobilnya bergerak
tak beraturan, sangat cepat, dan seperti berputar-putar. Hayato bekerja keras
untuk mengendalikan mobil tersebut. Atmosfir disekitar mereka sangat berat.
Nafas mereka sama-sama tak beraturan. Detak jantung mereka pun sama-sama tak
terkendali. Tiba-tiba Maria merasa pusing dan mual.
Aku ingin muntah!
Karena
sudah tak tahan, beberapa detik setelah pikiran itu, Maria mengeluarkan seluruh
isi perutnya. Bau tak sedap memenuhi tempat Maria berbaring, apa lagi karena
seluruh tubuhnya sudah ditutupi terpal, baunya tak kunjung keluar dan udaranya menjadi
pengap.
“Ma-Maria...
Um... Kau tidak apa-apa? Kau pasti pusing ya karena pengalaman pertamamu
menaiki mobil harus berakhir seperti ini...”
Mendengar
suara menenangkan tersebut, ia baru menyadari apa yang terjadi. Didepannya ada
kakak perempuan yang sedang memeluknya erat-erat. Chloe menatap dalam-dalam
wajah Maria, lalu mengambil sebuah sapu tangan dan mengelap mulut Maria, tetap
dengan senyuman yang menenangkan hati.
“Ya!
Semuanya telah berakhir! Ayo kalian berdua, keluarlah. Maaf atas perlakuan
kasar mobil ini ya, hahaha!” Hayato berseru dengan riang.
“Huft,
syukurlah. Ayo kita keluar. Hayato, tolong berhenti sebentar...”
“Hah,
kenapa?”
Hayato
menepi dan menghentikan mobil. Ia segera menghadap kebelakang. Disana sudah berdiri
adik-adiknya dengan keadaan yang membuat Hayato menganga.
“...”
“...
M-maaf... Kakak... Huwaaaaaaaaa!!”
Maria
menangis sejadi-jadinya. Ia merasa sangat bersalah. Bau raspberry yang
sebelumnya ia rasakan, kini telah hilang, digantikan bau yang sangat tidak sedap.
Maria menyesal karena ialah yang membuat bau harum tersebut hilang.
“A-apa
yang telah terjadi...” Muka Hayato berubah pucat. Tapi Chloe memicingkan
matanya. Chloe nampak akan marah bila Hayato melanjutkan perkataannya, jadi
Hayato memilih untuk bungkam.
Wanita ini kalau sudah marah rasanya
dunia ini benar-benar bakal berakhir...
“Ayo
kita keluar.” Chloe menuntun Maria yang menangis untuk keluar dari mobil. Sambil
tersedu-sedu Maria berjalan tanpa tongkat dengan dibantu oleh Chloe. Hayato
yang melihat itu, dengan sigap mengambil botol air miliknya dan menghampiri
mereka yang sudah duduk disebuah batu besar.
“Sekarang,
tenangkan dirimu dulu, ambil nafas dalam-dalam, keluarkan perlahan... Udaranya
sekarang sudah lebih baik kok.”
Chloe
berusaha menenangkan Maria sembari membelai rambutnya. Maria mengikuti saran
darinya. Namun, ia masih belum bisa mengatur napasnya.
“Ini,
minumlah...”
Entah
sejak kapan Hayato sudah berdiri didepan Maria, menyodorkan sebotol air siap
minum miliknya. Maria menatap kedua kakaknya bergantian. Ia nampak enggan
meminumnya. Bukan berarti dia benar-benar tidak mau. Air minum milik Maria
telah habis beberapa saat yang lalu. Tapi mulutnya masih merasakan sesuatu yang
tak sedap. Jadi dia tentu ingin minum lagi. Tapi untuk mendapatkan air bersih sangatlah
sulit, dan harus melalui proses yang cukup panjang agar air benar-benar siap
minum, lalu Chloe pun sudah membagi air siap minum tersebut kepada mereka
masing-masing satu botol besar untuk hari ini. Bila Maria meminum air dibotol
milik Hayato, bagaimana dengannya nanti?
“Gak
usah banyak mikir, udah cepet minum.” Hayato mendorong botolnya kepada Maria.
“Ma-maaf...”
Setelahnya, Maria menenggak isi botol tersebut. Ia menyisakan setengah air
dibotol Hayato.
“Su-sudah
cukup, maka-sih...” Maria mengembalikan botol tersebut sembari tersenyum.
“Maaf...
La-lagi-lagi, a-aku merepotkan ka-lian...”
Hayato
dan Chloe saling tatap, lalu mereka memeluk Maria dengan erat.
Lagi-lagi... Hanya kehangatan mereka
yang dapat membuatku tenang... Aku tak boleh takut! Aku tak boleh gentar! Aku
harus semangat dan tidak merepotkan mereka!
Maria
sedikit mendorong tubuh mereka agar mereka melepas pelukannya. Maria lalu
menggenggam kedua tangan kakaknya dan menatap mereka bergantian.
“Ayo
kita lanjutkan! Aku sudah lebih tenang sekarang. Aku siap!”
Hayato
dan Chloe tersenyum. Kemudian, Hayato mengangkat tubuh Maria, dan membantunya
masuk kedalam mobil. Chloe pun masuk kedalam mobil dan duduk dikursi penumpang
sebelah pengemudi.
“Kalian
sudah siap? Kencangkan sabuk kalian, nona-nona!”
“Apaan
sih, hahaha.”
Hayato
menginjak gas secara perlahan, dan mobil pun mulai bergerak maju tanpa arah
tujuan.
Entah
akan membawa kemana jalan yang sedang meraka susuri. Namun pasti akan ada
sebuah ujung yang menggiring mereka pada sebuah kebenaran.
Kuharap sebuah keajaiban akan datang secepatnya!
--Tapi ya, harapan itu kan cuman harapan.